Notification texts go here Contact Us Buy Now!

Hakikat dan Eksistensi Manusia



Dalam upaya memahami realitas yang kompleks ini, maka kita harus berangkat dari pemahaman mendasar tentang realitas itu sendiri. Oleh karena itu, pembahasan ini akan dimulai dari penjelasan tentang bagaimana hakikat dari eksistensi manusia di dunia ini.
Hakikat adalah sebuah hal yang mendasar, oleh karena itu yang dimaksud dengan hakikat manusia disini adalah segala sesuatu suatu hal yang menjadi dasar atau dalam kehidupan manusia. Pada hakikatnya kehidupan setiap manusia terdiri dari dua aspek, yaitu aspek biologis dan aspek sosiologis. Aspek biologis manusia merupakan realitas materiil menyangkut aspek fisik manusia seperti badan atau anggota tubuh. Sementara itu aspek psikologis merupakan realitas immateriil yang menyangkut aspek kejiwaan manusia.
Sebagai konsekuensi logis dari adanya kedua aspek fundamental tersebut, manusia selalu terlekat pada suatu kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan sendiri merupakan segala sesuatu hal yang apabila tidak dipenuhi akan mengganggu kelangsungan hidup dari individu yang bersangkutan. Sementara itu, keinginan merupakan segala sesuatu yang apabila tidak dipenuhi tidak akan mengganggu kelangsungan hidup individu yang bersangkutan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebutuhan itu bersifat memaksa sementara keinginan itu bersifat sebaliknya bersifat sukarela dan didasarkan atas kehendak atau kemauan sendiri.
Pada dasarnya, baik manusia ataupun hewan sebenarnya sama-sama mempunyai kebutuhan dan keinginan. Namun yang menjadi pembeda diantara keduanya adalah tentang “bagaimana cara mereka memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut”. Baik manusia atau pun hewan sebenarnya sama-sama terdiri dari dua unsur pembentuk eksistensinya, yaitu unsur biologis dan unsur psikologis. Meskipun terdiri dari unsur yang sama, tetapi keduanya mempunyai cara yang berbeda dalam upaya memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Hal itu disebabkan karena adanya perbedaan kualitas diri (self quality) diantara keduanya. Apabila dilihat secara biologis, mungkin hewan akan terlihat lebih unggul. Namun, apabila dilihat secara psikologis manusialah yang lebih unggul. Dalam hal ini, hewan memenuhi kebutuhan dan keinginannya dengan cara mengerahkan seluruh kemampuan biologisnya. Sementara itu, karena manusia tidak terlalu unggul dalam kekuatan biologisnya maka satu-satunya jalan untuk menghadapi tantangan alam dalam upaya pemenuhan kebutuhannya adalah dengan cara mengerahkan seluruh kekuatan psikologisnya. Hal tersebut terbukti ampuh, dan mengantarkan manusia pada kehidupan yang berperadaban.
Selama manusia hidup, manusia tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari keterlekatannya terhadap kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan dan keinginan adalah sesuatu hal yang menjadi esensi dari eksistensi manusia di dunia ini. Kebutuhan dan keinginan yang dimilikinya mengarahkan mereka pada tujuan-tujuan hidup  yang bermakna. Kebutuhan dan keinginan mendorong manusia untuk terus bergerak pada tatanan hidup yang dianggapnya lebih baik dan ideal.
Kebutuhan dan keinginan manusia selalu bertambah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, kebutuhan dan keinginan masyarakat modern lebih banyak dari pada masyarkat primitif. Sifat dasar manusia yang selalu mudah merasa bosan dan merasa tidak puas terhadap suatu kondisi yang ada membuat kebutuhan dan keinginannya terus bertambah terspesialisasi. Biasanya ketika kebutuhan dan keinginan manusia sudah bisa terpenuhi secara berkesinambungan, manusia akan membuat kebutuhan dan keinginan baru. Hal yang hampir senada juga dikatakan oleh Abraham Maslow dalam teori hierarki kebutuhannya. Menurutnya, ketika kebutuhan individu pada tingkat rendah sudah terpenuhi, maka ia akan berupaya untuk memenuhi kebutuhannya pada tingkat yang lebih tinggi.
Manusia adalah makhluk yang serakah. Kebutuhan dan keinginannya bersifat tidak terbatas, sementara alat pemuas kebutuhan atau sumberdaya yang tersedia itu terbatas. Sumberdaya disini berari segala sesuatu baik yang berwujud ataupun tidak yang dapat digunakan manusia untuk mencapai suatu hasil, misalnya seperti waktu, peralatan, persediaan, dan tenaga. Oleh karena itu, upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia selalu dibenturkan pada realitas yang menyediakan sumberdaya yang terbatas.
Dalam upaya untuk memaksimalkan keterbatasan sumberdaya tersebut, manusia dituntut untuk saling berinteraksi dan berkerjasama satu sama lain. Proses interaksi dalam hubungan kerjasama kerjasama tersebut ditandai dengan adanya pertukaran kepentingan (exchange of interest) diantara mereka. Dalam hubungan kerjasama ini, setiap individu yang terlibat menempati suatu status atau kedudukan yang mana pada setiap status atau kedudukan tersebut terdapat peranan-peranan yang harus dijalankan. Pada akhirnya, mekanisme tersebut melahirkan aspek ketiga manusia, yaitu aspek sosiologis.
Dengan demikian, aspek sosiologis merupakan sebuah kesatuan realitas dari proses interaksi antar manusia yang selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya yang lama-kelamaan menghasilkan pola-pola kultural tertentu. Pola-pola kultural ini merupakan suatu konfigurasi yang menggabarkan hubungan-hubungan antar nanusia yang mempunyai kecenderungan untuk bergerak pada keteraturan. Konfigurasi sosial ini sering juga disebut dengan istilah struktur sosial. Pola-pola kultural tercipta karena adanya kesadaran yang disepakati bersama akan pentingnya membatasi upaya-upaya apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut, sehingga terciptalah sebuah keteraturan.

Post a Comment

Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.